INDObrita.com – Ada anggapan yang mengatakan bahwa sebelum meninggal, kenangan-kenangan selama hidup akan terbayang dalam hitungan detik. Setelah itu, semua organ termasuk otak akan berhenti dan seseorang dinyatakan meninggal dunia.
Scroll Untuk Lanjut Membaca Selama ini, para ilmuwan memiliki rasa penasaran terhadap apa yang terjadi jelang kematian dan beberapa menit setelahnya. Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui detik-detik yang tak terduga dalam proses kematian manusia.
Salah satu penelitian pernah dilakukan oleh tim ilmuwan internasional, antara lain Dr Ajmal Zemmar dari Universitas Louisville di Amerika Serikat, Dr Raul Vicente dari Universitas Tartu di Estonia, dan Michael Anthony Rizzuto dari Universitas British Columbia Vancouver, Kanada.
Mereka meneliti otak manusia saat sekarat menuju kematian. Lantas bagaimana hasilnya?
Dalam studinya, Dr Raul Vicente dan rekannya menggunakan elektroensefalografi berkelanjutan untuk mendeteksi kejang dan merawat pasien. Selama rekaman ini, pasien mengalami serangan jantung dan meninggal.
Pasien tersebut berusia 87 tahun dan menderita epilepsi. Para ilmuwan telah mendapat izin untuk memantau pasien koma yang diperkirakan tidak akan pulih setelah ventilator mereka dilepas.
Hasilnya, memungkinkan para ilmuwan untuk mencatat aktivitas otak manusia yang sekarat untuk pertama kalinya.
Dr Zemmar menjelaskan bahwa dia dan timnya mengukur aktivitas otak selama 900 detik sekitar waktu kematian dan menetapkan fokus khusus untuk menyelidiki apa yang terjadi dalam 30 detik sebelum dan sesudah jantung berhenti berdetak.
Mereka melihat lonjakan gelombang gamma selama 30 detik hingga 2 menit setelah ventilator dilepas. Gelombang tersebut terorganisir dan memicu aktivitas otak terutama di bagian belakang kepala dan di belakang telinga.
“Tepat sebelum dan sesudah jantung berhenti bekerja, kami melihat perubahan pada pita osilasi saraf tertentu, yang disebut osilasi gamma, tetapi juga pada osilasi lain seperti osilasi delta, theta, alfa, dan beta,” ucapnya dikutip dari laman School of Medicine University of Louisville.
Lebih lanjut, dia menerangkan bahwa osilasi otak atau gelombang otak merupakan pola aktivitas otak ritmis yang biasanya terdapat pada otak manusia yang hidup.
Ada berbagai jenis osilasi, termasuk gamma, yang terlibat dalam fungsi kognitif tinggi, seperti konsentrasi, bermimpi, meditasi, pengambilan memori, pemrosesan informasi, dan persepsi sadar, seperti yang terkait dengan kilas balik memori.
“Melalui osilasi otak yang terlibat dalam pengambilan memori, otak mungkin memainkan ingatan terakhir tentang peristiwa-peristiwa penting dalam hidup sebelum kita mati, serupa dengan yang dilaporkan dalam pengalaman mendekati kematian,” ujar Dr Zemmar.
Ini artinya, anggapan yang selama ini ada, tak sepenuhnya kosong belaka. Sebab, penelitian ini menunjukkan terdapat indikasi bahwa otak bisa jadi masih ‘sadar’ saat jelang meninggal.
Namun, orang yang sekarat itu tidak dapat menjelaskan apa yang terjadi dan hal itu juga tidak diketahui oleh ilmuwan alasan pastinya.
Bagi peneliti, penemuan ini bisa mempertanyakan apa yang selama ini diketahui tentang momen kematian. Misalnya tentang waktu kematian hingga waktu yang tepat untuk bisa donor organ.
“Temuan ini menantang pemahaman kita tentang kapan tepatnya kehidupan berakhir dan menimbulkan pertanyaan penting berikutnya, seperti terkait waktu donasi organ,” kata Dr Zemmar
“Kami mungkin telah membuka pintu sekarang untuk memulai diskusi tentang permulaan waktu (kematian) yang tepat,” imbuhnya.
Penelitian mereka ini, telah terbit di Frontiers in Aging Neuroscience Volume 14, 22 Februari 2022, dengan judul “Enhanced Interplay of Neuronal Coherence and Coupling in the Dying Human Brain”.
Post Views:9